Endah yang mendapat kesempatan pertama, menyanyikan dengan penuh semangat dan kemampuan variasi vokal yang cukup baik. ‘Tek kotek kotek kotek. Anak ayam turun berkotek. Anak ayam turunnya lima, mati satu tinggal empat’. Demikian dihabiskannya lagu itu sampai pada kalimat ayamnya habis, alias mati semua. Tepuk tangan mengiringi Endah atas suaranya yang memang indah.
Kemudian kesempatan kedua, Indiana pun menyanyikan dengan penuh antusias. Dia tidak mau kalah dengan Endah. ‘Tek kotek kotek’ pun dilantunkannya. Tapi dia memberi variasi pada lagu tersebut dengan jumlah anak ayamnya sepuluh. Otomatis dia bernyanyi lebih lama. Namun dengan sabar dia menyanyikan lagu tersebut dari sepuluh, sembilan…hingga semuanya habis. Tepuk tangan mengiringi Indiana atas kesabarannya membuat variasi yang melelahkan.
Tibalah giliran Ellexaty menyanyikan lagu ini. “Rasanya gengsi kalau cuma lima atau sepuluh jumlah anak ayamnya,” demikian tukas Ellekaty dalam hati. “Kamu mau membuat
variasi apa pada lagu ini Ellex? tanya ibu guru. “Saya akan menambah jumlah ayamnya menjadi seratus bu!” jawab Ellexaty bangga.
Maka mulailah Ellexaty menyanyikan lagu tersebut, “Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun berkotek. Anak ayam turun seratus, mati satu tinggal sembilan puluh sembilan. Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun berkotek. Anak ayam turun sembilan puluh sembilan, mati satu tinggal sembilan puluh delapan.” Tek kotek kotek kotek terus melaju sampai jumlah ke sembilan puluh lima, mulut Ellekaty sudah lelah. Akhirnya dengan sedikit akal, dia mengakhiri lagunya, “Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun berkotek. Anak ayam turun sembilan puluh lima, di kasih potas mati semua!!!”
Meniru orang lain
Bukan berarti lebih hebat
dari orang lain.
Salam Josh...
0 komentar:
Post a Comment
U Comment I Follow
Thanks For Your Comment....