Terbuai oleh serpihan kesombongan, dia kemudian menyombongkan diri dihadapan pembantunya di rumah. “Cit, Coba lihat jika kamu bisa membaca sebaik aku.”
Cita Kandasari, nama lengkap sang pembantu lugu dari desa hidup di kota hanya sekedar ingin mencoba maju di tengah masa depannya yang seakan beku, menerima sodoran buku dari tangan Anjani, memandangnya, dan akhirnya berkata dengan terbata-bata, “Maaf Anjani, saya belum bisa membaca.”
Sombong seperti burung merak, anak kecil itu lari ke ruang keluarga dan berteriak kepada ayahnya, “Pap, pembantu kita tidak bisa membaca, sedangkan aku meski masih kecil sudah dapat medali untuk kehebatan membaca. Aku ingin tahu bagaimana perasaannya, memandang buku tapi tidak bisa membacanya.
Tanpa sepatah pun, ayahnya berjalan menuju rak buku, mengambil satu buku, dan memberikannya kepada Anjani sambil berkata, “Dia merasa seperti ini.”
Buku yang baru diberikan ayahnya tersebut ditulis dalam bahasa Spanyol. Seketika mata Anjani menatap kosong pada buku tersebut dan tidak bisa membaca satu barispun.
Semenjak itu Anjani Indah Prewani berubah dan tidak pernah melupakan pelajaran sangat berharga yang ayahnya berikan tersebut dalam sekejap pun.
Bila perasaan semilir sombong mendekat coba membuainya, dengan tenang Anjani mengingatkan dirinya akan pelajaran pengalaman yang telah ayahnya berikan.
Salam Josh...
0 komentar:
Post a Comment
U Comment I Follow
Thanks For Your Comment....