“Kehidupan Lengkap Sudah” slogan perumahan Harapan Indah memang cukup sulit untuk ditinggalkan. Di Harapan Indah banyak penjual makanan lalu lalang maupun yang buka stand, Di Harapan Indah ada ruko onderdil otomotif, ada juga beragam toko buku, mainan, kado bahkan pakaian dan sepatu serta aksesoris lainnya. Tak ketinggalan dengan itu, ada juga penjual dan servis komputer, rental komputer bahkan warung internet serta yang paling digandrungi para remaja yaitu game playstation seakan menjamur dimana-mana.
Dan komoditi yang telah menjadi kebutuhan vital, gaya hidup, bahkan hobi masyarakat metropolist tersedia hampir tak terbilang jumlahnya walau masih terpencar dengan stand-stand yang unik. Counter HP! Itu dia! Cek, cek, cek! HP?! Zaman ini siapa yang nggak butuh dengannya? atau paling tidak siapa yang tidak kenal dengannya? HP kini bisa dibilang takkan lepas dari genggaman pecintanya. Bahkan pengembang Damai Putra Group, pengembang yang mengelola Harapan Indah, Bulevar Hijau dan Duta Bumi dalam waktu dekat akan menghadirkan pusat penjualan HP terbesar di Bekasi! Lokasinya direncanakan di jalan utama menuju Harapan Indah, Wuah! Semakin lengkap saja Harapan Indah.
Setelah rumah blok R itu terjual, Olis dengan mama dan adiknya pindah ke Bulevar bagian belakang. Di temani beberapa teman dari blok R, Olis mengangkut barang-barangnya menuju Bulevar. Sesampainya di depan rumahnya yang baru dan masih standart itu, tiba-tiba sejumlah pemuda mengaku sebagai keamanan datang dan meminta uang. Sesaat Olis terkejut, dan memberikan uang Rp. 10,000. Namun gerombolan pemuda tersebut berkata, “Berilah sepantasnya!” Kemudian Olis memberikan lagi Rp. 10,000. Kembali diucapkan oleh seorang dari gerombolan tersebut, “Beri sepantasnyalah.” Dari pada cek-cok lebih lama, lalu Olis memberinya uang Rp. 30,000 lagi. Tapi… “Kurang! Berilah sepantasnya.” kata seorang yang lain diantara mereka. Dengan penuh kedongkolan akhirnya Olis memberi uang Rp. 10,000 lagi dan cek-cok itupun berakhirlah.
“Berilah sepantasnya?” ketika Joshepine mendengar cerita Olis tentang hal ini, Josh (demikian biasa panggilan Joshepine) tertegun. Hal menarik dari cerita Olis bukanlah kesibukannya mengemasi barang-barang, atau kekecewaannya meninggalkan Harapan Indah yang berslogan kehidupan lengkap sudah, juga bukan kedongkolannya pada mereka yang mengatakan “Berilah sepantasnya.” Bagi Josh hal menarik dari cerita Olis adalah kalimat “Berilah sepantasnya.” Rasanya seberapa banyak kita telah memberi sepantasnya pada sesama? Pada sekitar? Pada study? Pada pekerjaan? Pada atasan? Pada harapan? Pada masa depan? Pada orang tua? Bahkan pada Pencipta?… Bagaimana jika ada yang meminta untuk memberi sepantasnya padanya? Pantaskah seseorang meminta sepantasnya untuk dirinya jika dia tidak memberi sepantasnya?
Joshepine tercenung..., benaknya masih menyimpan bongkahan kalimat sastra "Memberi lebih baik dari menerima"
Salam Josh...
0 komentar:
Post a Comment
U Comment I Follow
Thanks For Your Comment....