Penulis ulung sekalipun tidak jarang menemui gagasan gagasan yang belum utuh di kepala. Belasan ide silih berganti, satu demi satu gugur sebelum sempat menjelma jadi tulisan.
Memang bisa dibilang hampir tak pernah seorang penulis mempunyai gagasan lengkap di pikiran. Setelah punya satu tema, biasanya dikumpulkanlah beberapa ide, lalu kata mengalir. ‘Ah tentu tak selancar air di sungai Bengawan Solo’.
Kerap penulis terengah bahkan untuk menemukan sebuah kata yang tepat. Menulis ibarat orang menahan napas saat menyelam dalam air. Kata yang tertulis bukan sepenuhnya dari dia, dia pernah membacanya suatu hari dulu, tetapi lupa mencatatnya. Tanpa rekaman, segala sesuatu di dunia patuh pada hukum alam. Apalagi ingatan manusia, ‘Lupa!’.
Tulisan punya sifat aneh. Plato, filosof Yunani (428 SM) berkemuka bahwa tulisan bersifat bahaya karena tidak memberi kebenaran, melainkan hanya tiruan. Kemudian para ahli Antropologi menunjukkan kebalikan dari Plato, karena lewat tulisan, pengetahuan dapat disusun dan di tata dengan baik.
Dalam tulisan, fakta manusiawi memang seolah tenggelam dan beralih menjadi marka yang sifatnya material, yaitu kata. Namun tulisan tetaplah hasil gumpalan pengalaman manusia yang lahir dari sisi terang dan gelap kesadarannya. Sebagian pengalaman manusia merupakan zona diam, dengan palung air mata dan tawa yang seolah tak berdasar. Di sanalah meletak dawai halus sukma manusia. Getarannya melahirkan banyak karya manusia, termasuk tulisan.
Tak dapat dipungkiri bahwa seorang penulis sering merasa bergulat sia-sia dengan kata, karena hampir tak pernah merasa berhasil menyelesaikan tulisan dengan lebih baik. Maka bila kita serasa susah menulis untuk blog tercinta, itu memang hal yang biasa. Mari selalu coba asah asa karya kata tuk temani rona raga jalani hidup yang kita rasa :)
1 komentar:
Hi...
This is the best :X
Post a Comment
U Comment I Follow
Thanks For Your Comment....